in

Peluncuran Buku ”Catatan Ringan Sekitar Pers” Karya Wiztian Yoetri

Jaga Kredibilitas, Kritis dan Patuhi Kode Etik 

Mantan Pemimpin Redaksi Padang Ekspres yang saat ini menjabat Komisaris PT Semen Padang, Wiztian Yoetri meluncurkan buku berjudul ”Catatan Ringan Sekitar Pers”, di Asrama Haji Parupuk Tabing, Padang, Jumat (29/9). Ia juga memberikan beasiswa jurnalistik bagi calon jurnalis dan penulis muda.

BUKU ”Catatan Ringan Sekitar Pers” merupakan tulisan terpilih Wiztian Yoetri ketika masih berkiprah di Padang Ekspres. Buku berisikan tulisan ringan berupa kritik maupun isu terkini atau peristiwa sekitar yang ada kaitan dengan praktik jurnalistik. ”Buku ini upaya berbagi kebaikan. Sebab, saya tak bisa lepas dari lingkungan jurnalis,” ungkap Wiztian Yoetri saat peluncuran bukunya, kemarin. 

Dalam buku setebal 118 halaman ini, di setiap lembarannya jurnalis senior asal Pariaman ini menceritakan bagaimana peran jurnalis sebenarnya. Lalu ada pula kritikan terhadap lembaga eksekutif dan legislatif. Seperti tulisan berjudul “Di-By Pass”, salah satu kritikan terhadap lembaga humas di pemerintahan yang dituntut kerja cepat dan proaktif. 

Kemudian tulisan pertama buku ini berjudul “Sekali Merdeka, Merdeka Sekali”. Kalimat itu lelucon Syofyan Djalil saat menjabat Menteri Komunikasi dan Informatika. Sofyan berkunjung ke Carano Room kantor Padang Ekspres ketika masih beralamat di Jalan Proklamasi.

Pernyataan Sofyan ada sisi menarik yang tidak terberitakan, tapi bisa jadi tulisan ringan. Syofyan bicara dalam konteks menteri, namun ada keluhan terhadap pers. “Nah saya mencoba meluruskan bahwa ’Sekali Merdeka, Merdeka Sekali’ itu bukan berarti pers liar lalu memberitakan tanpa data, serta fakta,” ujar suami Hasnah Cendra Dewi itu.

Tokoh pers yang biasa disapa Pak Cici ini menjelaskan, hal itu terkait jurnalis ketika menghirup udara kebebasan pers, harus beretika, patuh pada kode etik dan UU Pers, serta menampilkan informasi yang benar dan data akurat. 

Tulisan-tulisan yang telah pernah dimuat di Padang Ekspres dan dibukukan itu, bacaan ringan dan mudah dicerna semua kalangan. “Menjadi jurnalis harus tegar, sabar dan jujur pada diri sendiri. Sehingga, apa yang dilihat dan dengar itulah yang harus dituliskan,” ingat pria yang masih membawa buku catatan kecil khas jurnalis di saku belakang celakanya itu.

Ia juga menyampaikan dalam penerbitan berita tidak perlu dipaksakan, apabila data-datanya masih kurang lengkap. Bisa ditunda dulu. “Saya menganut paham, walaupun langit akan runtuh, tapi kalau berita tanpa data dan tanpa konfirmasi, maka tidak apa berita itu ditunda dulu. Setelah lengkap baru diberitakan, dari pada dipaksakan tapi menjadi bermasalah secara hukum,” ungkapnya sembari mengatakan saat ini masih banyak media mengejar deadline sehingga konfirmasi tertunda.

Ia menyarankan para jurnalis menjaga kredibilitas. Informasi yang diperoleh harus terukur, benar dan bermanfaat bagi masyarakat. “Kode etik jadi pegangan agar berpikir lurus. Saya dulu menganggap koran itu adalah sajadah, sedangkan isinya tasbih. Di koran atau di media apapun, berbagilah kebaikan dan berbuat kebajikan. Mudah-mudahan media kita mendapat balasan kebaikan dari Allah dan menjadi rujukan,” ucapnya.

Ia juga mengingatkan agar selalu menggali informasi dan meningkatkan ilmu yang dimiliki, sehingga di manapun berada mampu diterima orang. “Kadang kita merasakan jadi jurnalis berkuasa, orang takut sama kita, apa yang kita bikin orang mengikut saja. Ternyata, informasi yang kita dapatkan dan share masih dangkal dan tidak utuh. Gali terus ilmu, tingkatkan value,” ujar mantan Dewan Kehormatan PWI Sumbar yang low profile ini.

Para jurnalis harus terus belajar. Bahkan, Wiztian sendiri sekarang juga kuliah program magister ilmu komunikasi di FISIP Unand. “Sebab, saya sendiri merasakan hari ini ada teori-teori yang perlu didalami untuk melihat sesuatu lebih lengkap dan referensi lebih kuat lagi. Jadi jangan berhenti sekolah, belajar dan belajar terus,” ingatnya lagi.

Panitia Peluncuran Buku “Catatan Ringan Sekitar Pers”, Yusrizal KW menilai bahasa dalam buku tersebut komunikatif, sangat mudah dipahami dan asik dibaca siapa saja. “Orang yang ingin mengenal kehidupan jurnalistik, dunia di sekitar jurnalistik bisa ditemukan dalam buku ini. Buku ini tulisannya tidak berat-berat sebenarnya. Beliau ingin menyampaikan kerja jurnalistik dan ilmu jurnalistik kepada masyarakat dan lebih pada masyarakat untuk mengedukasi,” paparnya. 

Selain meluncurkan buku, Wiztian Yoetri bersama Komunitas Orang Kaya Buku (OKB) membuka program beasiswa bagi jurnalis dan calon penulis muda Sumbar. Program ini dinamakan ‘Pelatihan Menulis Prosa Jurnalisme, Kelas Beasiswa Jurnalistik Wiztian Yoetri’. 
Prosa jurnalisme dipilih agar jurnalis mampu menulis panjang ‘berirama’ sastra, lengkap dan sempurna sesuai fakta sehingga informasi sampai utuh ke pembaca. “Program beasiswa ini salah satu kegiatan Komunitas Orang Kaya Buku. Pendanaan program beasiswa bagi 15 orang terpilih ini sepenuhnya berasal dari Bapak Wiztian Yoetri, tanpa ada bantuan dari pihak lainnya. Ini sumbangsih beliau (Wiztian Yoetri, red) bagi dunia jurnalistik,” kata Yusrizal KW yang juga pimpinan Komunitas OKB.

Pada acara ini, hadir sejumlah tokoh seperti anggota DPD RI Nofi Chandra, mantan anggota DPR RI Taslim Chaniago, Ketua Umum Gebu Minang Sumbar Boy Lestari Dt Palindih, Kepala UPT Asrama Haji Parupuk Tabing Ali Imran, Direktur Padang Ekspres Sukri Umar dan Pemred Heri Sugiarto, GM Padang TV Rita Gusveniza dan Pemred Nashrian Bahzein, serta Manager Marketing Defri Mulyadi, Pemred Klikpositif Andika D Kangen, para sastrawan dan seniman Sumbar, serta insan pers.

Nofi Chandra saat meluncurkan buku Catatan Ringan Sekitar Pers menyebutkan, dirinya takjub dengan karya yang dibukukan Wiztian Yoetri dan sekolah jurnalistik yang digagasnya. “Dengan posisi beliau yang sekarang Komisaris PT Semen Padang, rasanya tak mikir seperti ini. Tapi, begitulah Pak Cici, tidak pernah melupakan basic profesinya sebagai jurnalis,” ujar senator asal Sumbar itu.

Menurut Nofi, di DPD RI Senayan Jakarta ada sejumlah rekannya sesama anggota dewan berlatar belakang jurnalis. “Mereka kritis dan selalu menyuarakan kebenaran di mana pun berada,” imbuhnya.

Sementara itu, Boy Lestari Dt Palindih yang telah kenal Wiztian Yoetri sejak 35 tahun lalu menyebutkan, tidak ada perubahan performance dari seorang Wiztian Yoetri. “Dari cover bukunya saya sudah tertarik, cover berwarna hitam yang memiliki banyak makna. Saya lihat Pak Cici tidak ada perubahan performance. Ini pertanda jurnalis yang istiqamah. Istiqamah itu tetap pendirian harga mati,” kata Boy Lestari yang juga Ketua Persatuan Tarbiyah Sumbar.

Pendirian sebagai jurnalis memang telah dibuktikannya. “Meski tak lagi berada di perusahaan pers, tapi dia tetap berkarya melalui tulisan-tulisannya,” kata Boy.

Taslim Chaniago mengatakan, Wiztian Yoetri tempat berkeluh kesahnya. “Pak Cici tidak hanya bisa mengaderkan jurnalis saja, tapi juga mengaderkan politisi bahkan juga pebisnis. Sulit mencari orang seperti ini, yang bisa memberikan banyak hal pada orang lain,” katanya.

Sedangkan dari Padang Ekspres, Sukri Umar menyebut, Wiztian Yoetri sebagai guru jurnalistik. “Pak Cici orang baik. Tugas kita mengawalnya dengan baik. Apa yang sudah dirintis Pak Cici tentu harus kita lanjutkan ke depan. Sampai sekarang beliau sangat peduli dengan dunia jurnalistik,” ucapnya. (*)

LOGIN untuk mengomentari.

What do you think?

Written by Julliana Elora

Seru, Perayaan Mid-Autumn Lantern Festival di Cross Border Batam

Pesona Bahari Belitung Sapa Peserta Sail Indonesia 2017